Living in this World with Cut & Paste Bahasa Indonesia Chapter 52
Chapter 52 Saatnya Membangun Bak Mandi!
Cut & Paste de Kono Sekai wo Ikiteiku
Penerjemah : Lui Novel
Editor :Lui Novel
Ketika fajar menyapa, aku beranjak ke sumur untuk membasuh mukaku.
Meskipun menggunakan kerikil yang mempunyai skill【Continuous: Water】 saja sudah cukup, kurasa aku akan merasa lebih segar bila memakai air dingin dari sumur untuk membasuh mukaku ketika bangun pagi.
Karena Aisha sudah menjalankan tugas memasak kemarin, maka hari ini aku yang akan memasak.
Setelah merasa segar sehabis membasuh mukaku, aku mulai memasak sarapan.
Setelah aku selesai memasak namun sebelum aku sempat menghidangkan masakanku, Aisha bangun dari tidurnya.
Sepertinya kemarin ia membereskan kamarnya hingga larut malam. Wajahnya jarang terlihat mengantuk seperti saat ini.
「Maaf karena tidak bisa membantu memasak sarapan」(Aisha)
Aku tersenyum simpul padanya. Setelah menatapi senyumku, ia juga ikut tersenyum. Setelah itu ia membantu menghidangkan sarapan dengan senyuman gembira di wajahnya.
「Aku sudah hampir selesai. Oleh karena itu, kamu santai saja. Lagian aku juga dimanjakan oleh kamu kemarin.」 (Myne)
Setelah aku berkata begitu, ia sudah selesai menata makanan di meja makan.
Skill tangguh miliknya,【Cooking Lv6】memang hebat.
「Aku akan berbincang-bincang dengan tukang besok tentang bak mandi yang sudah kita bahas kemarin sehabis makan. Kamu tau pengrajin yang ahli tidak, Aisha?」(Myne)
「Uーn, aku kenal salah seorang dwarf yang sering dimintai tolong oleh staff-staff di adventurer’s guild. Bagaimana kalau kita menemuinya?」(Aisha)
Seorang pengrajin dari ras dwarf! Sepertinya ia hebat!
Mungkin ia sudah memiliki beberapa ide yang bagus dan mungkin ada beberapa hal yang perlu kita konsultasikan dengannya….
Kita harus menemui pengrajin itu!
Kita sampai setelah diarahkan oleh Aisha.
Rumahku terletak hampir di ujung kota. Tempat kerja milik Sang Pengrajin itu juga terletak di tempat yang mirip dengan rumahku.
Rumahku hanya dikelilingi oleh tanah kosong, jadi terasa sangat sepi, sih…
Di sekitar sini memang ada beberapa bangunan seperti tempat kerja milik orang lain dan bar. Oleh karena itu, di sekitar sini masih terdapat orang yang berlalu-lalang, meskipun tempat ini dipanggil “pinggiran kota”, tempat ini masih cukup ramai.
「Craftsman-san, permisi〜?」(Aisha) (TLN:Mulai dari sini, si dwarf dipanggil “craftsman-san” dengan sapaan yang sopan. Sebetulnya aku masih bingung mau nulis gimana, kalau ada saran komen aja di bawah atau PM di Facebook)
Aisha membuka pintu dan menyapa.
Lalu, seorang dwarf wanita yang sedang duduk di tempat yang mirip seperti resepsionis menjawab sapaan Aisha.
「Oh, ternyata neng Aisha. Neng ada urusan apa sama master? Tunggu bentar ya, aku akan memanggilnya.」(Pegawai Wanita) (TL Note : ini dialeknya pas apa ngga? Soalnya di Rawnya make inggris-inggris kaya bajak laut gitu(?))
Resepsionis wanita yang memiliki gaya bicara yang tak biasa itu lari? Ditambah, dengan langkah yang berat ke belakang tempat kerja ini.
Dalam beberapa saat kemudian keluarlah seorang paman dengan muka yang kotor mirip seperti sesuatu berwarna hitam yang identik dengan minyak, mungkin sehabis bekerja. Postur tubuhnya lumayan tinggi untuk seorang dwarf.
「Oh, ternyata neng Aisha! Denger-denger kamu keluar dari guild. Ane bener-bener khawatir tentangmu lho!」(Pengrajin)
Orang yang menyapa Aisha dengan senyum lebar di wajahnya sepertinya pengrajin di tempat kerja ini.
「Eeh, maaf karena sudah pensiun secara tiba-tiba. Aku akan menikah, jadi…」(Aisha)
Setelah berkata begitu, Aisha melirik ke arahku. Mulai saat itulah, Sang Pengrajin itu menyadari keberadaanku.
「Selamat pagi! Nama saya Myne!」(Myne)
Lalu, Sang Pengrajin itu terlihat sedikit terkejut, namun setelah itu ia tersenyum lebar hingga giginya terlihat.
Seperti ajaran ayah dan ibuku, sapaan itu penting!
「Ah baiklah, aku mengerti. Jadi kau yang bernama Myne. Nama ane Roku. Pemilik tempat ini. Ingat itu.」(Roku)
Meskipun Roku-san tertawa lebar, ia dengan semangat menepuk-nepuk punggungku.
……Sakit. Akan tetapi sepertinya ia orang baik.
Sambil melihatku, Aisha tersenyum masam.
Jangan cuma melihat dong. Aku akan lebih senang jika kau menyuruhnya berhenti menepuk-nepuk punggungku.
Setelah itu, setelah menepuk-nepuk punggungku selama beberapa saat Roku-san mengelus-elus janggut panjangnya sembari bertanya,
「Dan, lu ngapain kesini? Pamer nikahan?」(Roku)
「Bukan, kami ingin membangun sebuah bak mandi di rumah. Jadi, kami datang ke sini untuk membahas hal itu.」(Myne)
Setelah mengutarakan hal itu, aku membicarakan usulanku padanya.
・Sebuah bak mandi besar.
・Sebuah rongga dengan luas 3cm x 3cm di sisi bak mandi.
・Mekanisme pembuatan air panas dan mekanisme pompa air tidak diperlukan.
・Sebuah alat sihir akan digunakan untuk sistem drainase air. Air-air yang terakumulasi akan ditambung di tangki filtrasi dan bisa digunakan lagi.
「Uーn, kalau kau tidak menghitung bagian mekanisme pompa air, bak mandimu akan jadi dalam tiga hari, sih…
Lu ga masalah dengan itu? Masukin air ke dalem bak mandi susah, kau tahu?」(Roku)
Biasanya sebuah alat sihir digunakan untuk memompa air dari sumur atau dari suatu sumber air. Setelah itu, air tersebut akan dipanaskan dalam sebuah pemanas. Lalu, air tersebut akan dituang di suatu belanga besi. Oleh karena itu, biaya instalasi dan biaya alat sihir yang digunakan menjadi mahal, dan proyek membuat bak mandi akan menjadi besar.
Dengan kekurangan itu, bak mandi tidak digunakan oleh masyarakat sembarangan.
「Ya, tidak masalah!」(Myne)
Meskipun Roku-san kebingungan, ia tetap berkata, “Baiklah kalau kau bicara begitu” dan setuju akan usulanku.
Karena sepertinya hari ini adalah hari yang sepi untuk tempat kerja ini, mereka akan langsung membuat cetak biru bak mandi yang kuminta.
Roku-san berkata bahwa ia akan mengajak beberapa muridnya untuk datang ke rumahku dan langsung membangun bak mandi pesananku di sana.
Pembicaraan ini berjalan lebih lancar dari yang kukira.
Kalau seperti ini, rencanaku mungkin akan berjalan lancar dan akan selesai sebelum Sylphy pulang.
Aku benar-benar berterima kasih pada Roku-san.
◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
「Apa-apaan ini? Bukannya ini rumah si Dyne itu? Myne, kau anak laki-lakinya?」(Roku)
Sewaktu aku sedang mengantar Roku-san berkeliling, aku terkejut.
Kudengar Roku-san adalah salah satu teman ayah.
Ayah, aku tahu kau memiliki teman yang banyak, namun…
Om Tukang Potong Daging, Alchemist-san, Om Pemilik Toko Senjata, Om Pemilik Toko Armor…. Serta Roku-san…
Bukankah terlalu banyak?
Setelah tahu bahwa aku adalah anak dari kenalannya, Roku-san menjadi bersemangat.
Aku sempat mendengarnya bergumam bahwa ia akan merawat rumah Dyne, ayahku dan tidak akan menerima kompromisasi apapun.
Seperti sudah bukan dirinya sendiri, ia berteriak pada murid-muridnya.
「Dengar! Kalian lebih baik bersungguh-sungguh dalam pekerjaan kali ini dan buat rumah ini menjadi mahakarya terbaik kalian!」(Roku)
Aisha dan aku saling tatap dan tersenyum masam akan semangatnya.
Setelah diberi semangat oleh Roku-san, murid-murid itu juga ikut berapi-api. Mereka berhasil menyelesaikan desain interior bak mandi pesananku dalam sekejap.
Terlebih lagi, interior itu terlihat lebih megah daripada rencana sebelumnya.
「Roku-san…… Ini lebih mewah daripada yang kira rencanakan!」(Myne)
Meskipun aku memiliki uang lebih, aku tetap harus bersiaga akan pengeluaran tambahan, jadi….
「Jangan khawatir. Bayarannya tetap sama, kok. Selain itu, tungguin aja hasil akhir pekerjaan kami. Kami akan membuat bak mandi yang tidak akan kalah dengan penginapan kelas atas.」(Roku)
Aah, Roku-san benar-benar bersemangat.
Aku tidak bisa menghentikannya lagi….
Pada akhirnya, konstruksi bak mandi pesananku terus berjalan hingga larut malam. Roku-san bersama muridnya berkata bahwa semuanya sudah siap kecuali rongga penghangat airnya.
Roku-san sudah berencana bahwa kamar mandi akan ditutup sebentar untuk pengecekan di bidang kebersihannya, ditambah aku juga belum melihat bentuk akhir cetak biru bak mandi pesananku. Meskipun begitu, bak mandi itu kurasa akan terlihat hebat.
Ketika Roku-san dan muridnya pulang, raut muka mereka terlihat seperti para pria yang sudah menyelesaikan tugas besar mereka dan terlihat keren.
Aku punya bayangan bahwa ongkos pembuatan bak mandi kali ini akan melambung tinggi… Apakah baik-baik saja…
◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Keesokan harinya, murid Roku-san datang ke rumah untuk menyampaikan kabar bahwa lama waktu pengerjaan bak mandiku diundur beberapa saat karena penggambaran cetak biru bak mandiku memakan waktu lebih banyak.
Murid Roku-san yang datang ke rumah kali ini…. Memiliki kantung mata. Jangan bilang kalau kalian terus mengerjakannya setelah pulang kemarin??
Besok adalah hari ke delapan semenjak Sylphy pergi ke ibukota.
Kalau ia pulang cepat, maka seharusnya sekaranglah saatnya.
Sebelum hal itu terjadi, aku ingin mengejutkannya dengan selesainya bak mandi pesananku.
Kalau boleh jujur, sebenarnya hari ini bak mandi pesananku akan jadi, namun…. Roku-san terlalu bersemangat dan berkata akan memuat bak mandi yang akan melampaui bak mandi yang ada di penginapan kelas atas. Oleh karena itu, saat ini kurang tepat rasanya bila berkata bahwa bak mandiku akan selesai hari ini.
Meskipun begitu, aku tidak bisa meminta bak mandiku harus jadi hari ini begitu saja. Mereka sudah memiliki kantung mata dan berjuang keras untuk menyelesaikannya di tempat kerja milik Roku-san.
Pagi menjadi senja, dan Roku-san bersama dengan muridnya datang ke rumah saat aku sedang bersantai.
「Ane berhasil bikin bak mandi terhebat!」(Roku)
Ucap Roku-san dengan senyum lebar di wajahnya. Setelah itu ia langsung menuju kamar mandi yang sedang dalam masa pembangunan.
Sepertinya ia benar-benar berencana untuk menyelesaikan bak mandiku hari ini.
Aku sudah mendengar hal ini dari Roku-san…. Ia berkata bahwa membuat produk terbaik dan menyelesaikannya tepat waktu meskipun terjadi hal yang tak terduga saat membangunnya adalah tugas seorang pengrajin.
Memang benar bahwa Roku-san terlalu bersemangat. Roku-san juga menyelesaikan bak mandi pesananku dalam waktu tiga hari seperti janjinya.
Aisha sudah mengenalkanku dengan seorang pengrajin yang hebat.
Meskipun nama ayahku juga menjadi salah satu faktor kenapa ia bersemangat, aku juga harus mencontoh sikapnya yang seperti itu.
……Yah, kurasa murid-muridnya juga berpikir untuk bunuh diri, sih.
Maafkan aku!
Sekitar dua jam setelah itu…. Bak mandi yang dibuat dengan segenap tenaga oleh Roku-san selesai.
「Masih ada pengecekan di bidang kebersihan bak mandi ini, jadi bagaimana kalau lu pake besok? Ah, ini benar-benar mahakarya.」(Roku)
Harga bak mandi yang kita setujui pada saat itu ialah 800 koin emas.
Namun ketika melihat bak mandiku yang sudah selesai, harga seperti itu tidak bisa diterima. Bahkan oleh seorang yang awam dengan dunia hasta karya sepertiku.
Sewaktu aku mengecek kamar mandiku yang sudah selesai, keadaannya sangat mewah. Kamar mandiku lebih luas dari pada kamar mandi yang dimiliki oleh penginapan “The Silver Bell Pavilion” yang kita tempati di kota Adol.
Memang aku sudah bilang bahwa lebih baik kamar mandi yang kumiliki sebaiknya luas. Akan tetapi, ketika melihat hal yang kuminta dengan mata kepalaku sendiri, benar-benar berbeda 180 derajat dari apa yang kuminta.
Terlebih lagi, menurut Roku-san, lantai kamar mandiku terbuat dari sebuah batu khusus (aku pernah mendengar nama batunya, namun aku lupa) yang memiliki kualitas tinggi.
Sepertinya batu itu tidak terlalu licin dan air akan cepat kering ketika berada di atas batu itu. Oleh karena itu, harganya mahal dan sering digunakan sebagai lantai kamar mandi.
Ditambah, tembok-tembok kamar mandiku dihiasi dengan papan kayu yang mengeluarkan bau yang sedap.
Baunya seperti ketika kita berada di hutan dan membuat seseorang rileks. Harganya juga mahal.
Setelah itu, bak mandinya.
Bak mandi milikku sepertinya terbuat dari bahan berkualitas tinggi dan memiliki warna hitam mengkilat.
Selain itu, bak mandiku memiliki dekorasi kecil yang dipahat di sisi-sisinya. Pahatan-pahatan itu benar-benar karya seni yang indah.
Lubang yang kuminta sebagai tempat kerikil di dalamnya juga dibuat dengan tepat. Bisa dibilang karya kali ini tidak kalah dengan penginapan kualitas tinggi seperti yang sudah dikatakan oleh Roku-san.
Aku berterima kasih pada Roku-san dan murid-muridnya. Aku menyerahkan sepuluh koin platinum untuk membayar hasil karya mereka.
Meskipun lebih mahal dari yang dijanjikan sebelumnya, aku merasa bayaranku untuk mereka masih kurang.
Meskipun Roku-san menolaknya dengan tegas, aku dan Aisha membungkuk padanya dan berkata bahwa kami benar-benar berterimakasih padanya. Ketika menerima uang kami, Roku-san terlihat sedikit sungkan.
Pokoknya, bak mandi yang sudah lama kudambakan akhirnya selesai.
Aku tidak sabar menggunakannya besok.
0 Response to "Living in this World with Cut & Paste Bahasa Indonesia Chapter 52"
Post a Comment